Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengabarkan bahwa kelak di masa yang akan datang ummat Islam akan berada dalam keadaan yang sedemikian buruknya sehingga diumpamakan sebagai laksana makanan yang diperebutkan oleh sekumpulan pemangsanya. Lengkapnya hadits tersebut sebagai berikut قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” HR Abu Dawud 3745 Ada beberapa pelajaran penting yang dapat kita tarik dari hadits ini Pertama, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memprediksi bahwa akan tiba suatu masa dimana orang-orang beriman akan menjadi kumpulan manusia yang menjadi rebutan ummat lainnya. Mereka akan mengalami keadaan yang sedemikian memprihatinkan sehingga diumpamakan seperti suatu porsi makanan yang diperbutkan oleh sekumpulan pemangsa. Artinya, pada masa itu kaum muslimin menjadi bulan-bulanan kaum lainnya. Hal ini terjadi karena mereka tidak memiliki kemuliaan sebagaimana di masa lalu. Mereka telah diliputi keinaan. Kedua, pada masa itu muslimin tertipu dengan banyaknya jumlah mereka padahal tidak bermutu. Sahabat menyangka bahwa keadaan hina yang mereka alami disebabkan jumlah mereka yang sedikit, lalu Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyangkal dengan mengatakan bahwa jumlah muslimin pada waktu itu banyak, namun berkualitas rendah. Hal ini juga dapat berarti bahwa pada masa itu ummat Islam sedemikian peduli dengan kuantitas namun lalai memperhatikan aspek kualitas. Yang penting punya banyak pendukung alias konstituen sambil kurang peduli apakah mereka berkualitas atau tidak. Sehingga kaum muslimin menggunakan tolok ukur mirip kaum kuffar dimana yang banyak pasti mengalahkan yang sedikit. Mereka menjadi gemar menggunakan prinsip the majority rules mayoritas-lah yang berkuasa yakni prinsip yang menjiwai falsafah demokrasi modern. Padahal Allah menegaskan di dalam Al-Qur’an bahwa pasukan berjumlah sedikit dapat mengalahkan pasukan musuh yang jumlahnya lebih besar dengan izin Allah. كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” QS Al-Baqarah ayat 249 Pada masa dimana muslimin terhina, maka kuantitas mereka yang besar tidak dapat menutupi kelemahan kualitas. Sedemikian rupa sehingga Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengumpamakan mereka seperti buih mengapung. Coba perhatikan tabiat buih di tepi pantai. Kita lihat bahwa buih merupakan sesuatu yang paling terlihat, paling indah dan berjumlah sangat banyak saat ombak sedang bergulung. Namun buih pulalah yang paling pertama menghilang saat angin berhembus lalu menghempaskannya ke udara. Ketiga, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengisyaratkan bahwa jika ummat Islam dalam keadaan terhina, maka salah satu indikator utamanya ialah rasa gentar menghilang di dalam dada musuh menghadapi ummat Islam. Artinya, sesungguhnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam lebih menyukai ummat Islam senantiasa berwibawa sehingga disegani dan ditakuti musuh. Dewasa ini malah kita melihat bahwa para pemimpin berbagai negeri berpenduduk mayoritas muslim justru memiliki rasa segan dan rasa takut menghadapi para pemimpin kalangan kaum kuffar dunia barat. Alih-alih mengkritisi mereka, bersikap sama tinggi sama rendah saja sudah tidak sanggup. Sehingga yang kita lihat di panggung dunia para pemimpin negeri kaum muslimin menjadi –maaf- pelayan jika tidak bisa dikatakan anjing piaraan pemimpin kaum kuffar. Mereka menjulurkan lidah dengan setia mengikuti kemauan sang majikan kemanapun mereka pergi. Padahal Allah menggambarkan kaum muslimin sebagai manusia yang paling tinggi derajatnya di tengah manusia lainnya jika mereka sungguh-sungguh beriman kepada Allah. وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحَْنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman.” QS Ali Imran ayat 139 BERSAMBUNG
Kaummuslimin, jamaah shalat dan khutbah Idul Fitri yang dirahmati Allah. Segala puji bagi Allah, Rabb Semesta Alam, yang masih dan selalu memberikan rahmat, hidayat, dan nikmatnya kepada kita semua. Sehingga, sampai detik ini kita masih bisa melangkahkan kaki dan mengayunkan tangan kita untuk menuju mushalla ini dalam rangka untuk mengagungkan
Di dalam bukunya yang berjudul “Kisah Dajjal dan Turunnya Nabi Isa alahissalam Untuk Membunuhnya”, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah menulis sebagai berikut Dalam Hadist Riwayat Ahmad “Asma’ berkata, “Akan tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa sehingga aku khawatir terkena musibah kelaparan, dan apa yang akan dimakan oleh kaum mukmin pada waktu itu?” Jawab Nabi صلى الله عليه و سلم يَجْزِيهِمْ مَا يَجْزِي أَهْلَ السَّمَاءِ “Allah سبحانه و تعالى mencukupkan kepada mereka dengan makanan yang diberikan kepada penduduk langit Malaikat.” HR. Ahmad No. 26298 Asma’ berkata, “Wahai Nabi Allah, bahwasanya Malaikat tidak makan dan tidak minum.” Jawab Nabi صلى الله عليه و سلم “Akan tetapi mereka membaca tasbih dan mensucikan Allah سبحانه و تعالى , dan itulah makanan dan minuman kaum beriman saat itu, tasbih dan taqdis.” HR. Abdul Razzaq, ath-Thayalisi, Ahmad, Ibnu Asakir. Ibnu Katsir berkata, “Isnad ini merupakan isnad yang tidak ada cacat laa ba’sa bihi.” “Kisah Dajjal”—Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani; Pustaka Imam Asy-Syafi’i; hlm. 94-95 Yang dimaksud oleh Asma’ binti Yazid Al-Anshariyyah dengan “mereka tidak mendapatkan apa-apa sehingga aku khawatir terkena musibah kelaparan” ialah saat menjelang Ad-Dajjal keluar untuk menebar fitnah di tengah ummat manusia. Khususnya di dalam suatu hadits yang juga dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani sebagai berikut “Sesungguhnya tiga tahun sebelum kemunculan Ad-Dajjal, di tahun pertama, langit menahan sepertiga air hujannya, bumi menahan sepertiga hasil tumbuhannya, dan di tahun kedua, langit menahan dua pertiga air hujannya, dan bumi juga menahan dua pertiga hasil tanamannya. Dan di tahun ketiga langit menahan seluruh yang ada padanya dan begitu pula bumi, sehingga binasalah setiap yang memiliki gigi pemamah dan kuku.” “Kisah Dajjal”— Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani; Pustaka Imam Asy-Syafi’i; hlm. 92 Jika Nabi صلى الله عليه و سلم menyatakan bahwa “sehingga binasalah setiap yang memiliki gigi pemamah dan kuku”, itu berarti setiap hewan yang memberikan protein utama bagi manusia menjadi binasa. Seperti di antaranya ialah kambing, domba, sapi, kerbau dan unta. Dan sebab itulah Asma’ menjadi khawatir apa yang bakal menjadi makanan kaum beriman di masa itu. Lalu Nabi صلى الله عليه و سلم menjelaskan bahwa makanan kaum mukmin di masa itu ialah makanan penghuni langit, yaitu para malaikat. Dalam hal ini berupa tasbih dan taqdis. Masya Allah…! Nabi صلى الله عليه و سلم memberi tahu kita yang hidup di masa menjelang datangnya puncak fitnah, yakni Ad-Dajjal, bahwa jenis makanan orang beriman adalah semisal dengan makanan para malaikat. Bayangkan…! Betapa pentingnya kedudukan dan peranan dzikrullah di masa fitnah menjelang hadirnya Ad-Dajjal. Sedemikian pentingnya mengingat Allah سبحانه و تعالى dzikrullah sehingga jika dilakukan dengan baik dan benar, maka ia dapat menggantikan fungsi makanan, CUBA KITA LIHAT TENTANG BAGAIMANA CARA UNTUK INGAT KEPADA ALLAH YANG TELAH ALLAH FIRMANKAN DIDALAM AL-QURAN Al-Baqarah Verse 198 Tidaklah menjadi salah, kamu mencari limpah kurnia dari Tuhan kamu dengan meneruskan perniagaan ketika mengerjakan Haji. Kemudian apabila kamu bertolak turun dari padang Arafah menuju ke Muzdalifah maka sebutlah nama Allah di tempat Masy’ar Al-Haraam di Muzdalifah, DAN INGATLAH KEPADA ALLAH DENGAN MENYEBUTNYA SEBAGAIMANA IA TELAH MEMBERIKAN PETUNJUK HIDAYAH KEPADA MU dan sesungguhnya kamu sebelum itu adalah dari golongan orang-orang yang SALAH JALAN IBADATNYA. Sesungguhnya sebelum daripada seseorang itu melakukan cara nak ingat kepada Allah sepertimana yang telah Allah firmankan “DAN INGATLAH KEPADA ALLAH DENGAN MENYEBUTNYA SEBAGAIMANA IA TELAH MEMBERIKAN PETUNJUK HIDAYAH KEPADA MU” apa yang telah dilakukan tersebut adalah “SALAH JALAN IBADATNYA” BERTASBIH MENSUCIKAN NAMA ALLAH DENGAN MENYEBUT-NYEBUT DENGAN LIDAH DAN HATI AKAN NAMA TUHANNYA CARA UNTUK MENYEBUT ALLAH SECARA LISAN BOLEH DILAKUKAN DENGAN MELAKSANAKAN PERINTAH ALLAH Al-Muzzammil Verse 8 Dan sebutlah akan nama Tuhanmu terus menerus siang dan malam, serta tumpukanlah kepadaNya dengan sebulat-bulat tumpuan. Apa yang tersurat “sebutlah akan nama Tuhanmu terus menerus siang dan malam, serta tumpukanlah kepadaNya dengan sebulat-bulat tumpuan” akan berlaku setelah kita melaksanakan apa yang tersirat. Diperingkat awal latihan kita mesti melakukan apa yang tersirat iaitu menumpukan dengan sebulat-bulat tumpuan kepada sifat-sifat ketuhanan yang terdapat keatas badan diri kita sendiri yang kita telah tahu dari penjelasan Allah bahawa segala sifat ketuhanan tersebut adalah sifat ketuhanan Allah. Ini telah diperjelaskan oleh Allah seperti didalam firmanNya Saba’ Verse 27 Katakanlah lagi “Tunjukkanlah kepadaku sifat-sifat ketuhanan yang ada pada makhluk-makhluk yang kamu hubungkan dengan Allah sebagai sekutu-sekutuNya. Sedang merasakan sifat ketuhanan sebagai sifat diri sendiri dan sebagai sifat makhlok selain dari Allah membawa makna sedang mempertuhankan sesuatu selain daripada Allah Tidak ada pada sesuatu makhluk pun sifat-sifat itu, bahkan yang mempunyai sifat-sifat ketuhanan ialah Allah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana”. Setelah kita mula berakal sifat ketuhanan yang ternyata kepada diri kita mula dirasakan sebagai sifat badan diri kita sendiri. Seterusnya semakin kita membesar segala sifat ketuhanan yang ternyata kepada makhlok yang lain juga mula dirasakan sebagai sifat makhlok tersebut. Semasa kita membaca firman Allah seperti diatas seperti didalam Surah Saba’ Ayat 27 khasnya dan banyak lagi keterangan didalam surah dan ayat-ayat yang lain amnya. Akan lahirlah didalam ilmu dan pengetahuan kita yang “SEGALA SIFAT KETUHANAN YANG ADA PADA BADAN DIRI SENDIRI DAN YANG TERNYATA KEPADA MAKHLOK YANG LAIN, ITU ADALAH SIFAT KETUHANAN ALLAH” Dengan ilmu dan pengetahuan yang demikian, tidak akan menghilangkan rasa keberadaan atau keakuan kepada badan diri sendiri dan kepada makhlok yang lain.. Ini telah ditegaskan oleh Allah didalam firmanNya didalam Surah Saba’ Ayat 27 “TUNJUKKANLAH KEPADAKU SIFAT-SIFAT KETUHANAN YANG ADA PADA MAKHLOK-MAKHLOK YANG KAMU HUBUNGKAN DENGAN ALLAH SEBAGAI SEKUTU-SEKUTUNYA” sedang merasakan keberadaan diri kita sendiri dan keberadaan sesuatu selain daripada Allah Untuk mengajak manusia kembali kepada “HAKIKAT TAUHID YANG TELAH DITINGGALKAN” sejak dari manusia mula berakal, Allah telah mengutuskan para Nabi dan para Rasul… Saba’ Verse 28 Dan tiadalah Kami mengutusmu wahai Muhammad melainkan untuk umat manusia seluruhnya, sebagai Rasul pembawa berita gembira kepada orang-orang yang beriman, dan pemberi amaran kepada orang-orang yang ingkar; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui hakikat itu. Allah telah berfirman didalam Al-Quran tentang HAKIKAT TAUHID ini sebagai peringatan kepada kesuluruhan umat manusia, sepertimana firman Allah Al-A`rāf Verse 172 Dan ingatlah wahai Muhammad ketika Tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam turun-temurun dari tulang belakang mereka, dan Ia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka sendiri, sambil Ia bertanya dengan firmanNya “Bukankah Aku tuhan kamu?” Mereka semua menjawab “Benar Engkaulah Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Yang demikian supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak “Sesungguhnya kami adalah lalai tidak diberi peringatan tentang hakikat tauhid ini”. Al-A`rāf Verse 173 Atau supaya kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya ibu bapa kamilah yang melakukan syirik dahulu sedang kami ialah keturunan mereka yang datang kemudian daripada mereka. Oleh itu, patutkah Engkau wahai Tuhan kami hendak membinasakan kami disebabkan perbuatan orang-orang yang sesat itu?” Al-A`rāf Verse 174 Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat keterangan Kami satu persatu supaya nyata segala kebenaran, dan supaya mereka kembali kepada kebenaran. Didalam sebuah hadis qudsi Allah telah menegaskan “INSAN ITU RAHSIA AKU, DAN AKU ADALAH RAHSIA INSAN, RAHSIA ITU ADALAH SIFAT AKU, SIFAT AKU BUKAN LAIN DARIPADA AKU” Kembali kita membicarakan tentang bagaimana kita hendak melaksanakan perintah yang terkandung didalam firman Allah “Dan sebutlah akan nama Tuhanmu terus menerus siang dan malam, serta tumpukanlah kepadaNya dengan sebulat-bulat tumpuan.” Kita perlu menumpukan kepada sifat-sifat ketuhanan yang ada kepada badan diri kita sendiri seperti sifat Ada, berkuasa, berkehrndak, mengetahui, hidup, melihat, mendengar, berkata-kata dan lain-lain lagi Semasa tumpuan dengan sebulat tumpuan yang dilakukan kepada sifat-sifat ketuhanan yang terdapat kepada badan diri kita sendiri. Kita tidak boleh merasakan sifat ketuhanan tersebut sebagai sifat diri kita sendiri dan juga kita tidak boleh menyangka sifat ketuhanan tersebut sebagai sifat Allah Untuk menumpukan sebulat-bulat tumpuan kepada sifat ketuhanan yang ada pada badan diri kita sebagai sifat ketuhanan yang bukan yang sedang dirasakan sebagai sifat badan diri kita sendiri dan juga bukan sifat ketuhanan yang bukan yang sedang disangka sebagai sifat ketuhanan Allah, Apa yang perlu dilakukan ialah mengulang-ngulang sifir “BUKAN AKU BUKAN ALLAH” diluar daripada semasa kita melaksanakan perintah Allah “Dan sebutlah akan nama Tuhanmu terus menerus siang dan malam, serta tumpukanlah kepadaNya dengan sebulat-bulat tumpuan.” Mengulang sifir “BUKAN AKU BUKAN ALLAH” ini perlu dilakukan sehingga apabila dilakukan penumpuan sebulat tumpuan kepada sifat-sifat ketuhanan yang ada pada badan diri sendiri, sifat ketuhanan tersebut sudah dapat dirasakan sebagai sifat yang bulan sedang dirasakan sebagai sifat badan diri kita sendiri dan bukan sifat ketuhanan yang sedang disangka sebagai sifay ketuhanan Allah, Sudah dan Sedang berlaku didalam keadaan sudah merasakan dengan tidak ada berlaku lagi sedang berlegar-legar didalam fikiran kita, tidak lagi terlintas didalam lintasan hati kita, tidak lagi bermain-main didalam kata-kata kita. Bila ditumpu sahaja kepada sifat ketuhanan yang ada pada badan diri sendiri, sifat ketuhanan tersebut sudah dirasakan sebagai sifat ketuhanan yang bukan yang sedang dirasakan sebagai sifat badan diri sendiri dan bukan sifat ketuhanan yang bukan yang sedang disangka sebagai sifat ketuhanan Allah yang langsung tidak ada didalam akal fikiran kita, langsung tidak ada didalam lintasan hati kita dan tidak bemain-main didalam petcakapan kita.. Setelah dapat merasa dan menumpukan dengan sebulat-bulat tumpuan kepada sifat ketuhanan yang ada pada badan diri kita sendiri yang bukan yang sedang dirasakan sebagai sifat badan diri sendiri dan yang bukan yang sedang disangka sebagai sifat ketuhanan Allah, kita tidak perlu lagi mengulang-ngulang sifir “BUKAN AKU BUKAN ALLAH” Tumpukan sebulat-bulat tumpuan kepada sifat-sifat ketuhanan yang bukan yang sedang dirasakan sebagai sifat badan diri sendiri dan sifat ketuhanan yang bukan yang sedang disangka sebagai sifat Allah. Pada ketika, saat atau waktu yang sama semasa sedang menumpukan dengan sebulat-bulat tumpuan kepada sifat-sifat ketuhanan yang bukan yang sedang dirasakan sebagai sifat badan diri sendiri dan sifat ketuhanan yang bukan yang sedang disangka sebagai sifat Allah., sebutlah Allah dan tujukan sebutan Allah tersebut kepada sifat-sifat ketuhanan yang bukan yang sedang dirasakan sebagai sifat badan diri sendiri dan sifat ketuhanan yang bukan yang sedang disangka sebagai sifat Allah. Setelah berlakunya tumpu sebulat tumpuan dengan menyebut Allah didalam ketika atau saat atau satu masa yang sama inilah akan berlaku penyaksian dan pengakuan bahawa sifat-sifat ketuhanan yang bukan yang sedang dirasakan sebagai sifat badan diri sendiri dan sifat ketuhanan yang bukan yang sedang disangka sebagai sifat Allah adalah sifat ketuhanan Allah dimana tumpuan menjadi sebagai penyaksian iaitu sedang menyaksikan dan menyebut Allah menjadi sebagai pengakuan. Diketika inilah dengan jelas dan nyata sedang berlaku firman Allah Saba’ Verse 27 Katakanlah lagi “Tunjukkanlah kepadaku sifat-sifat ketuhanan yang ada pada makhluk-makhluk yang kamu hubungkan dengan Allah sebagai sekutu-sekutuNya. Sedang merasakan sifat ketuhanan sebagai sifat diri sendiri dan sebagai sifat makhlok selain dari Allah membawa makna sedang mempertuhankan sesuatu selain daripada Allah Tidak ada pada sesuatu makhluk pun sifat-sifat itu, bahkan yang mempunyai sifat-sifat ketuhanan ialah Allah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana”. PENYAKSIAN DAN PENGAKUAN KEPADA SIFAT KETUHANAN ALLAH AKAN BERLAKU SETELAH SESEORANG ITU MENYEBUT ALLAH DIDALAM SAAT ATAU DETIK YANG SAMA DENGAN SEDANG MENUMPUKAN DENGAN SEBULAT-BULAT TUMPUAN KEPADA SIFAT KETUHANAN YANG BUKAN YANG SEDANG DIRASAKAN SEBAGAI SIFAT BADAN DIRI SENDIRI DAN YANG BUKAN YANG SEDANG DISANGKA SEBAGAI SIFAT KETUHANAN ALLAH… Diperingkat permulaan latihan dimulakan dengan menumpukan dengan sebulat-bulat tumpuan kepada sifat ketuhanan yang terasa pada badan diri sendiri Jangan dirasakan sifat ketuhanan tersebut sebagai sifat badan diri sendiri Jangan disangka sifat ketuhanan tersebut sebagai sifat ketuhanan Allah Ulang-ulangkan menyebut “BUKAN AKU BUKAN ALLAH” sebelum dari kita menumpukan dengan sebulat-bulat tumpukan kepada sifat ketuhanan yang terdapat pasa badan diri sendiri sehingga berlakunya apabila ditumpukan sebulat-bulat tumpuan kepada sifat ketuhanan yang ada pada badan diri tersebut sudah dapat dirasakan sebagai bukan sifat ketuhanan yang sedang dirasakan sebagai sifat badan diri sendiri dan bukan sifat ketuhanan yang sedang disangka sebagai sifat Allah telah berlaku dengan tidak berlaku didalam fikiran kita, tidak berlaku didalam lintasan hati kita dan tidak lagi berlaku didalam lisan percakapan kita. Tumpu sahaja kepada sifat ketuhanan yang sedang ditumpukan dengan sebulat-bulat tumpuan sifat ketuhanan tersebut sudah dengan sendiri telah ditumpukan sebagai sifat ketuhanan yang bukan yang sedang dirasajan sebagai sifat badan diri kita sendiri dan bukan sifat ketuhanan yang bukan yang sedang disangka sebagai sifat ketuhanan Allah. Apabila sudah boleh berlaku sedemikian rupa, tidak lagi perlu mengulang-ngulang perlataan “BUKAN AKU BUKAN ALLAH TERSEBUT” Penumpuan bukan sahaja boleh dilakukan kepada sifat-sifat ketuhanan sahaja malah boleh ditumpukan kepada samada zat, sifat, nama atau perbuatan seperti firman Allah Al-Qaşaş Verse 88 Dan janganlah engkau menyembah tuhan yang lain bersama-sama Allah. Tiada Tuhan melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu binasa melainkan Zat Allah. BagiNyalah kuasa memutuskan segala hukum, dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan. Ar-Raĥmān Verse 26 Segala yang ada di muka bumi itu binasa Ar-Raĥmān Verse 27 Dan akan kekallah Zat Tuhanmu yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan Āli `Imrān Verse 163 Mereka itu yang menurut keredaan Allah, dan yang mendapat kemurkaanNya, mempunyai tingkatan-tingkatan pahala atau dosa yang berlainan di sisi Allah; dan Allah Maha Melihat akan segala yang mereka kerjakan. Al-Baqarah Verse 127 Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim bersama-sama Nabi Ismail meninggikan binaan asas-asas tapak Baitullah Kaabah itu, sambil keduanya berdoa dengan berkata “Wahai Tuhan kami! Terimalah daripada kami amal kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar, lagi Maha mengetahui; Al-A`rāf Verse 180 Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik yang mulia, maka serulah dan berdoalah kepadaNya dengan menyebut nama-nama itu, dan pulaukanlah orang-orang yang berpaling dari kebenaran dalam masa menggunakan nama-namaNya. Mereka akan mendapat balasan mengenai apa yang mereka telah kerjakan. An-Naml Verse 88 Dan engkau melihat gunung-ganang, engkau menyangkanya tetap membeku, padahal ia bergerak cepat seperti bergeraknya awan; demikianlah perbuatan Allah yang telah membuat tiap – tiap sesuatu dengan serapi-rapi dan sebaik-baiknya; sesungguhnya Ia Amat mendalam PengetahuanNya akan apa yang kamu lakukan. Yang pentingnya semasa melakukan sebulat-bulat penumpuan, tumpuan yang dilakukan tersebut bukan ditumpukan kepada samada kepada zat, sifat, nama atau perbuatan badan diri kita sendiri atau bukan kepada zat, sifat, nama atau perbuatan yang sedang disangka sebagai zat, sifat, nama atau perbuatan Allah. Untuk menyebut Allah didalam hati yang tanpa suara, tanpa huruf dan tanpa kata-kata bolehlah dilakukan mengikut apa yang tersurat dan yang tersirat didalam sabda Rasulullah saw Saidina Ali Rodziallah hu’an hu Bertanya kepada Rasulullah bagaimana aku nak hampir dengan Allah ya Rasulullah. Rasulullah menjawab mari dekat dengan aku ya Ali hingga bertemu lutut. – Pejamkan mata mu, – Tongkat kan lidah mu ke langit2, – sebutlah nama Allah sebanyak2nya Hikmah dari cara menyebut Allah didalam keadaan lidah yang tertongkat kelangit-langit Semasa kita menyebut Allah secara lisan, lidah yang akan bergerak Apabila Rasulullah saw menyeru supaya menyebut Allah didalam keadaan menungkatkan lidah kelangit-langit akan menyebabkan lidak tidak lagi akan bergerak semasa kita menyebut Allah kerana telah ditungkatkan kelangit-langit. Apa yang tersirat disini akan ada satu anggota lain yang akan menggantikan pergerajan lidah diketika kita menyebut Allah didalam keadaan lidah yang tertongkat kelangit-langit Pergerakan anggota tersebutlah yang menunjukkan sedang menyebut Allah didalam hati, sepertimana bergeraknya lidah semasa menyebut Allah secara lisan.. Hikmah daripada memejamkan mata adalah untuk menumpukan sebulat-bulat tumpuan sepertimana dudalam firman Allah Al-Muzzammil Verse 8 Dan sebutlah akan nama Tuhanmu, serta tumpukanlah kepadaNya dengan sebulat-bulat tumpuan. Inilah yang perlu dimuzakarahkan oleh sesiapa yang hendak melaksanakan jalan dan cara untuk menetapkan iktiqad tauhid atau jalan untuk mengenal Allah melalui apa yang tersurat dan yang tersirat didalam perintah Allah dan perintah Rasulullah saw yang tersebut. FADZILAT ZIKIR YANG TERSEMBUNYI Rasulullah saw pernah bersabda, “Zikir dengan tidak bersuara lebih unggul dari pada zikir dengan suara selisih tujuh puluh kali lipat. Jika tiba saatnya hari kiamat maka Allah akan mengembalikan semua perhitungan amal semua makhluk-makhluknya sesuai amalnya. Para malaikat pencatat amal datang dengan membawa tulisan-tulisan mereka. Allah berkata pada mereka , lihatlah apakah ada amalan yang tersisa pada hamba-Ku ini ? Para malaikat itu menjawab , kami tidak meninggalkan sedikit pun amalan yang kami ketahui kecuali kami mencatat dan menulisnya. Allah lalu berkata lagi pada hamba-Nya itu, kamu mempunyai amal kebaikan yang hanya Aku yang mengetahuinya. Aku akan membalas amal kebaikanmu itu. Kebaikanmu itu berupa zikir dengan sembunyi tak bersuara.” Hadis Riwayat Al-Baihaqi
Kiamatbesar seperti yang disebutkan oleh Rasulullah, tidak akan terjadi sebelum muncul tanda-tanda yang besar. Adapun dalam kiamat terdapat tanda-tanda kecil atau tanda-tanda akhir zaman yakni seperti kerasulan nabi muhammad SAW, wafatnya rasullullah, semakin maraknya perbuatan zina, khamer, perbuatan keji, riba dan kekikiran serta masih banyak tanda
– Fitnah Dajjal di akhir zaman kelak sangatlah mengerikan. Dajjal akan mempengaruhi orang-orang yang lemah imannya akan menjadi korban dan masuk ke dalam lingkar fitnahnya. Berbeda dengan orang beriman, sebelum munculnya Dajjal, ia akan tetap menjadi orang yang beriman. Orang-orang beriman akan bertahan selama fitnah Dajjal terjadi yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Dari Nawwas bin Sam’an RA, dari Rasulullah SAW di dalamnya termaktub, “Kami bertanya, Wahai Rasulullah, berapa lama Dajjal tinggal di bumi?’ Beliau menjawab, ’40 hari, satu hari bagaikan setahun, sehari bagaikan sebulan, sehari bagaikan sepekan, dan sisa hari-harinya sebagaimana hari-hari kalian biasanya.’ Kami bertanya, Wahai Rasulullah, sehari yang bagaikan setahun itu, apakah cukup bagi kami salat sehari saja?’ Beliau menjawab, Tidak, tentukanlah untuk hari itu sesuai kadarnya.’” HR. Muslim Tidak itu saja, dalam rentang waktu tersebut, akan terjadi pula kelaparan dan paceklik. Dari Asma’ binti Yazid RA, dia berkata, “Kami bersama Nabi SAW di rumah beliau, maka beliau bersabda, Di tahun ketiga sebelum munculnya Dajjal, langit menahan sepertiga air hujannya dan bumi menahan sepertiga tumbuhannya. Di tahun kedua sebelum keluarnya Dajjal, langit menahan dua pertiga air hujannya dan bumi menahan dua pertiga tumbuhannya. Setahun sebelum keluarnya Dajjal, langit menahan seluruh air hujannya dan bumi menahan seluruh tumbuhannya sehingga tidak tersisa satu pun makhluk yang bersepatu khuf atau makhluk berkuku kecuali pasti mati.” HR. Ahmad dalam kondisi tersebut, lantas apa makanan orang-orang beriman? Dalam bukunya yang berjudul Ensiklopedi Akhir Zaman, Dr. Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh menceritakan tentang makanan yang akan dimakan oleh orang-orang beriman di akhir zaman kelak. Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah hadis berikut. Dari Aisyah RA, “Bahwasanya Rasulullah SAW menceritakan kondisi sulit dan dahsyat yang terjadi menjelang munculnya Dajjal. Aku bertanya, Wahai Rasulullah, di manakah orang Arab pada waktu itu?’ Beliau menjawab, Wahai Aisyah, orang Arab pada saat itu sangat sedikit jumlahnya.’ Aku bertanya lagi, Makanan apakah yang mencukupi orang-orang beriman pada waktu itu?’ Beliau menjawab, Apapun yang mencukupi para malaikat, yakni tasbih ucapan subhanallah, takbir ucapan Allahu Akbar, tahmid ucapan alhamdulillah, dan tahlil ucapan la ilaha illallah.’ Aku bertanya, Harta apakah yang paling baik pada waktu itu?’ Beliau menjawab, Seorang budak yang kuat, yang mampu mencukupi kebutuhan air minum tuannya. Adapun makanan, maka tidak ada makanan pada saat itu’.” HR. Ahmad Halaman 1 2
Jawaban Alkitab tidak menggunakan ungkapan "pemerintahan global" atau "mata uang global" dalam kaitannya dengan akhir jaman. Akan tetapi, kita diberi cukup banyak bukti untuk mencapai konklusi bahwa keduanya akan menjadi bagian dari pemerintahan Antikristus pada akhir jaman. Di dalam penglihatan akhir jamannya dalam kitab Wahyu, rasul Yohanes
Ilustrasi – Di akhir zaman, Dajjal akan muncul dan menjadi tanda bahwa kiamat sudah dekat. Pada saat itu, ia akan memengaruhi orang yang lemah imannya. Bahkan, fitnahnya akan benar-benar mengerikan kelak. Bagi seseorang yang tergolong peragu-ragu atau menyembah Allah hanya sekadarnya, maka ia akan menjadi incaran Dajjal untuk menjadi korbannya dan masuk ke dalam lingkar fitnahnya. Sedangkan orang-orang yang termasuk golongan beriman sebelum munculnya Dajjal, maka ia akan tetap menjadi orang yang beriman saat fitnah Dajjal terjadi. Orang-orang beriman tersebut akan bertahan selama fitnah Dajjal terjadi yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Dari Nawwas bin Sam'an RA, dari Rasulullah di dalamnya termaktub, “Kami bertanya, Wahai Rasulullah, berapa lama Dajjal tinggal di bumi?' Beliau menjawab, '40 hari, satu hari bagaikan setahun, sehari bagaikan sebulan, sehari bagaikan sepekan, dan sisa hari-harinya sebagaimana hari-hari kalian biasanya.' Kami bertanya, Wahai Rasulullah, sehari yang bagaikan setahun itu, apakah cukup bagi kami salat sehari saja?' Beliau menjawab, Tidak, tentukanlah untuk hari itu sesuai kadarnya'” HR. Muslim. Dalam rentang waktu yang begitu lama tersebut, akan terjadi pula kelaparan dan paceklik. Dari Asma' binti Yazid RA, dia berkata, “Kami bersama Nabi SAW di rumah beliau, maka beliau bersabda, Di tahun ketiga sebelum munculnya Dajjal, langit menahan sepertiga air hujannya dan bumi menahan sepertiga tumbuhannya. Di tahun kedua sebelum keluarnya Dajjal, langit menahan dua pertiga air hujannya dan bumi menahan dua pertiga tumbuhannya. Setahun sebelum keluarnya Dajjal, langit menahan seluruh air hujannya dan bumi menahan seluruh tumbuhannya sehingga tidak tersisa satu pun makhluk yang bersepatu khuf atau makhluk berkuku kecuali pasti mati” HR. Ahmad. Lalu dalam kondisi kelaparan dan paceklik tersebut, apa yang akan dimakan oleh orang-orang beriman?. Dalam bukunya yang berjudul Ensiklopedi Akhir Zaman, Dr. Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh menceritakan tentang makanan yang akan dimakan oleh orang-orang beriman di akhir zaman kelak. Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah hadis berikut. Dari Aisyah RA, “Bahwasanya Rasulullah SAW menceritakan kondisi sulit dan dahsyat yang terjadi menjelang munculnya Dajjal. Aku bertanya, Wahai Rasulullah, di manakah orang Arab pada waktu itu?' Beliau menjawab, Wahai Aisyah, orang Arab pada saat itu sangat sedikit jumlahnya.' Aku bertanya lagi, Makanan apakah yang mencukupi orang-orang beriman pada waktu itu?' Beliau menjawab, Apapun yang mencukupi para malaikat, yakni tasbih ucapan subhanallah, takbir ucapan Allahu Akbar, tahmid ucapan alhamdulillah, dan tahlil ucapan la ilaha illallah.' Aku bertanya, Harta apakah yang paling baik pada waktu itu?' Beliau menjawab, Seorang budak yang kuat, yang mampu mencukupi kebutuhan air minum tuannya. Adapun makanan, maka tidak ada makanan pada saat itu'” HR. Ahmad. Sedangkan dalam hadis lain disebutkan bahwa dengan makanan malaikat, Allah akan menghilangkan rasa lapar yang melanda hamba-Nya. Dari Ibnu Umar RA, “Bahwa Rasulullah SAW pernah ditanyai tentang makanan orang-orang beriman pada zaman berkuasanya Dajjal. Beliau menjawab, makanan malaikat'. Mereka bertanya, Apa makanan malaikat itu?' Beliau menjawab, Makanan mereka adalah ucapan mereka dengan tasbih dan taqdis menyucikan Allah. Siapa saja yang ucapannya pada hari itu tasbih dan taqdis, maka Allah pasti menghilangkan kelaparan darinya sehingga dia tidak takut kelaparan'” HR. Al-Hakim. Baca Juga Astaghfirullah, Ternyata Pengikut Dajjal Kebanyakan Kaum Wanita Menurut Hadis Itulah makanan yang akan digunakan oleh orang-orang beriman saat Dajjal datang di akhir zaman kelak. Yaitu makanan malaikat yang berupa tasbih, takbir, tahmid dan tahlil. Dengan makanan malaikat tersebut, niscaya Allah akan mengangkat rasa lapar yang menimpa orang-orang beriman ketika fitnah Dajjal berlangsung. Wallahu A'lam. DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI
5yLa. rm43mzo95n.pages.dev/4rm43mzo95n.pages.dev/369rm43mzo95n.pages.dev/107rm43mzo95n.pages.dev/232rm43mzo95n.pages.dev/106rm43mzo95n.pages.dev/30rm43mzo95n.pages.dev/327rm43mzo95n.pages.dev/214rm43mzo95n.pages.dev/297
makanan orang beriman di akhir zaman